Matthijs de Ligt pada akhirnya mengerti jika Paolo Maldini, Alessandro Nesta, atau Fabio Cannavaro tidak jadi bek-bek paling baik dunia cuma dalam dua atau tiga laga.
Jatuh-bangun dihajar kekalahan, malas patuh walaupun penyerang musuh berkali-kali membobol gawang, dan 'berani mati' hentikan saluran bola lawan--kondisi semacam itu yang menempa ketiganya jadi legenda hidup posisi pertahanan.
Bursa transfer musim panas 2019 ialah periode yang berkali-kali mengusung narasi De Ligt. Bek Ajax Amsterdam itu jadi rebutan beberapa raksasa Eropa, salah duanya Juventus serta Barcelona.
Selanjutnya De Ligt pilih Juventus. Seni pertahanan Italia jadi fakta kenapa dia menyongsong juluran tangan 'Si Nyonya Tua'.
Semua sesuatunya tidak berjalan lancar buat De Ligt. Dalam tujuh laga awal Juventus di Serie A 2019/20, De Ligt tidak jadi diva semestinya yang dia perlihatkan musim kemarin bersama dengan Ajax.
Salah satunya misalnya, ya, di pertandingan menantang Inter Milan pada Senin (7/10/2019). Ini pertandingan istimewa, bertopik Derby d’Italia walau ke-2 team tidak ada pada sebuah kota yang sama. Ya, demikianlah karena sangat sengitnya.
Juventus buka pertandingan di Stadion Giuseppe Meazza itu dengan memberikan keyakinan. Paulo Dybala sukses membobol gawang Inter di menit ke empat.
Juventus sedang asyik-asyiknya menjaga keunggulan, eeeh.... De Ligt justru 'berulah'. Dia didapati sentuh bola dengan tangannya di kotak penalti.
Ya, telah. Tendangan penalti diserahkan kepada Inter, Lautaro Martinez membayar peluang itu dengan gol penyama posisi di menit 18.
Nilai minus De Ligt bukan hanya masalah penalti barusan. Di selama laga, dia terlihat seperti salah satunya titik lemah Juventus.
De Ligt memang sukses membuat dua tekel sukses, tiga sapuan, serta dua intersep. Tetapi, bersama dengan Blaise Matuidi, De Ligt jadi pemain Juventus yang seringkali didribel musuh.
Mencuplik Whoscored, De Ligt 3x sukses didribel musuh. Keadaan ini mencemaskan sebab jadi bek tengah, De Ligt ialah palang pintu paling akhir sebelum musuh bertarung dengan penjaga gawang.
Serta 10 menit berlalu gol penyama posisi barusan, De Ligt kembali membuat eror. Bukannya memangkas serbuan balik Romelu Lukaku dari tengah lapangan, dia malah di-nutmeg.
Lukaku selanjutnya lari bebas serta melepas umpan pada Martinez. Leonardo Bonucci sebetulnya telah berupaya menghambat, tapi Martinez kepalang cepat. Mujur Wojciech Szczesny kembali sempurna.
Martinez tidak dibiarkannya menjebol gawang Juventus untuk kali ke-2. Untuk kesempatan ini, yang selamat bukan hanya Juventus, dan juga De Ligt. Jika pengamanan itu tidak berhasil, ke-2 gol Inter datang dari dua eror De Ligt.
Maurizio Sarri mulai bicara masalah jelas De Ligt yang untuk sesaat meredup di Juventus. Menurut sang pelatih, De Ligt masih mempunyai masalah komunikasi. Tetapi, Sarri tidak ingin cepat-cepat menghakimi. Dia masih mengharap De Ligt dapat selekasnya menyesuaikan serta berkembang.
"De Ligt tidak bicara bahasa Italia secara baik. Tetapi, dengan cepat sekali dia beradaptasi dengan skema pertahanan Juventus. Dia mempunyai kekuatan besar, tapi memang masih juga dalam proses penyesuaian hingga alami beberapa kesusahan," jelas Sarri, diambil dari Football Italia.
Apapun sebagai akar permasalahan, De Ligt harus selekasnya mencabutnya serta tampil cemerlang seperti di Ajax. Jangan pernah mahar 75 juta poundsterling itu selesai percuma.
Jangan acuhkan juga jika ada tanggung jawab berat dibalik status pemain termahal Serie A 2019/20. Jangan pernah De Ligt jadi seperti umumnya wonderkid: Menghentak di satu-dua musim, lenyap sesudahnya.
Monday, October 7, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment